Selasa, 14 September 2010

SEJARAH DISTRIK VIII JAWA KALIMANTAN


1. Awal HKBP Di Jakarta
Pada awal abad ke XX, bangsa Batak mulai merantau ke kota Jakarta yang dulu disebut Batavia dengan motivasi mencari pekerjaan dan sekolah. Simon Hasibuan, pemuda tamatan Seminari Pansurnapitu tiba di Batavia pada tahun 1907. Hingga pada tahun 1917-an tercatat sekitar 30 orang Batak Kristen di Batavia. Mereka bergereja di Indische Kerj (Gereja Protestan di Indonesia), Gereformeerd Kerk (Gereja Kristen Indonesia), Gereja Methodis dan Gereja Katolik.
Oleh semangat kerinduan berkebaktian bahasa Batak, maka orang Kristen Batak mengadakan kebaktian bahasa Batak pada tahun 1919 di Bijbel School (Sekolah Alkitab) di Pasar Baru. Oleh jemaat sebanyak 50 orang, maka diangkat Majelis HKBP dengan ketua Guru Elisa St. Harahap, Sekretaris Matheus Nababan dan Bendahara Guru Simon Hasibuan Kebaktian tersebut dipimpin guru S. Hasibuan, G. Harahap dan Sutan Harahap.
Untuk melayani jemaat HKBP di Jakarta, maka pada tahun 1922 HKBP mengutus Pdt. Mulia Nainggolan. Pada tahun 1928 jemaat HKBP Jakarta dilayani oleh Pdt. Peter Tambunan menggantikan Pdt Mulia Nainggolan yang telah pensiun. Pdt. Mulia Tambunan bersama-sama jemaat berhasil mendirikan gedung gereja HKBP yang diresmikan pada tanggal 8 Mei 1932. Pembukaan gedung gereja dihadiri Gubernur Jenderal, Walikota, Kepala Polisi, Kepada Departemen Keuangan, Kesehatan, Pendidikan dan Agama, sekolah-sekolah Kristen serta para utusan dari berbagai jemaat di Jakarta. Sementara utusan HKBP Pusat diwakili oleh Pdt Edward Muller.
2. Berdirinya Distrik VIII
Perang dunia II tidak hanya mempengaruhi tatanan dunia, tetapi juga berdampak bagi kehidupan HKBP. Para misionaris Jerman yang melayani di HKBP diasingkan oleh Belanda. Akibatnya, terjadi kekosongan kepemimpinan di HKBP yang sebelumnya dipimpin oleh misionaris Jerman.
Atas kondisi tersebut, segera HKBP memilih Pdt Kasianus Sirait sebagai Ephorus HKBP pada Sinode Godang HKBP 10-11 Juli 1940 di Tarutung. Sinode Godang menetapkan pembentukan Distrik IX yang kemudian berubah menjadi Distrik VIII dengan wilayah pelayanan pulau Jawa, Sumatera Bagian Selatan, Indonesia bagian Timur. Pada sinode tersebut diangkat Pdt. Melanthon Pakpahan sebagai praeses Distrik VIII.
3. HKBP Distrik VIII Dalam Pertumbuhannya.
Warga Batak sudah semakin banyak merantau ke Jakarta bahkan sampai ke Malang, Surabaya dan Bandung. Sejalan dengan itu kebutuhan berkebaktian bahasa Batak juga semakin banyak. Pada tanggal 18 Mei 1951 diresmikan parmingguon di Kebayoran Baru. Pada tahun 1955, warga Batak di Malang telah mendirikan gedung gereja HKBP. Disusul kemudian parmingguon di Menteng pada 4 September 1955 dan di Petojo pada 8 April 1956.
Pada tahun 1966 sudah terdapat 8 Resort di Distrik VIII Jawa-Kalimantan yaitu Resort Jakarta, Palembang, Surabaya, Kebayoran, Semarang, Bandung, Tanjung Pinang. Pada tahun 1973 sudah terdapat 17 resort. Pada tahun 1974 Distrik IX Jawa Kalimantan dirubah menjadi Distrik VIII Jawa Kalimantan.
Demi efektifitas dan efisiensi pelayanan, pada tahun 1985 Distrik XV Sumatera bagian selatan resmi dimekarkan dari Distrik VIII Jawa Kalimatan. Kemudian pada tahun 1994 diresmikan HKBP Distrik XVII Indonesia Bagian Timur yang meliputi Jawa Timur, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku dan Papua. Pemekaran distrik selanjutnya terjadi pada tanggal 24 September 1995 yaitu Distrik XVIII Jabertengdiy meliputi sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Kemudian pada Sinode Godang HKBP tahun 2002 dimekarkan dua distrik dari Distrik VIII Jawa Kalimantan yaitu Distrik XIX Jakarta 2 (Jakarta Timur dan Bekasi) dan Distrik XXI Jakarta 3 (Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat dan Tangerang). Oleh sebab itu saat ini HKBP Distrik VIII Jawa Kalimantan sekarang hanya meliputi Jakarta Selatan, Depok, Bogor, Sukabumi dan Kalimantan Barat. Hingga saat ini HKBP Distrik VIII Jawa Kalimantan memiliki 21 resort atau 54 huria yang dipimpin Praeses Pdt. Mori Sihombing, MTh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar